Oktober 28, 2024

Bumi Menangis Dihadapan Allah SWT

Kita boleh boleh saja merasa bangga karena dipilIh Allah SWT untuk menjadi khalifah atau pemimpin dimuka bumi.Keutamaan ini bahkan melebihi apa yang diberikan pada Malaikat dan setan, yang lebih dulu taat dan berbakti kepada Sang Pencipta di planet yang begitu hijau dan memiliki banyak sumber air dan mineral dan kita bebas berekspresi.

Memanfaatkan sumber daya alam yang ada, namun pernahkah terpikirkan dalam benak kita semua bahwa bumi pernah menangis , memohon kepada Allah SWT supaya tidak menempatkan manusia di tanahnya bahkan dua Malaikat yang diutus Allah SWT untuk mengambil tanah dari bumi merasa iba.

Sehingga mengurungkan niatnya untuk mengambil tanah dibumi sebagai penciptaan Nabi Adam AS. Kisah ini berawal saat Allah SWT hendak menciptakan Nabi Adam AS dengan mengambil sari pati tanah yang ada dimuka bumi.

Dalam sebuah hadist mu’tabar yang dinukil dari Imam Ja’far al Shadiq disebutkan, sebelum menciptakan Nabi Adam , terlebih dahulu Allah SWT mengabarkan kepada bumi bahwa Dia (Allah) akan mengambil tanah disana, “ Hai bumi, Aku akan ciptakan manusia dari saripatimu.

Sebagian dari mereka ada yang taat kepada- Ku dan sebagian lainya durhaka kepada-Ku. Siapa yang taat kepada-Ku maka akan AKU masukkan dia kedalam surga-Ku, dan siapa yang durhaka kepada-KU akan AKU masukkan dia kedalam neraka-Ku. ( Imam Ats-Tsa’labi 1 ).

Mendengar ini bumi mulai cemas dan diliputi kekhawatiran. Hal ini pula yang dialami oleh Malaikat golongan yang tercipta dari cahaya ( Nur ) ini juga mempertanyakan keputusan Allah SWT tersebut.
“ Ya Rabb, mengapa Engkau hendak menjadikan ( Khalifah ) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah.

Padahal kami  ( para Malaikat ) senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan menyucikan ENGKAU?” Allah berfirman : “ Sesungguhnya AKU mengetahui apa yang tidak kamu ketahui “  (QS Al-Baqarah : 30).

Setelah informasi ini disampaikan ke bumi, maka diutuslah Malaikat Jibril untuk mengambil tanah disana. Namun bumi menolaknya dan tidak memperbolehkan Malaikat Jibril mengambil tanahnya.

Diriwayatkan dari  As-Sauddi, dari Ibnu Mas’ud dari seorang sahabat Rasulullah SAW, mereka bercerita; “ Allah SWT menguutus Malaikat Jibril ke bumi untuk mengambil tanah di bumi, namun bumi menolaknya. Bumi pun memelas dan menangis kepada Malaikat Jibril, Ia bersumpah dengan nama Allah Ia tidak sanggup menanggung beban manusia di muka bumi.

Demi Allah, aku berlindung  kepada-Mu dari utusan-Mu,agar Engkau tidak mengambil sebagian dari kami jika nantinya akan menjadi penghuni neraka “. Mendengar jawaban itu, malaikat Jibril tidak kuasa mengambil apapun dari bumi, lalu Malaikat Jibril Kembali kepada Allah SWT, dan menceritakan alasan bumi yang bersumpah dengan Keagungan Allah SWT.

Bahwa dia tidak memiliki kesanggupan untuk menanggung azab-Nya Allah lantas mengutus dua Malaikat sekaligus yakni Malikat Mikail dan Israfil untuk turun ke bumi. Lagi-lagi, bumi melakukan hal serupa dengan bersumpah membawa nama Allah. 

Kedua Malaikat ini pun lalu Kembali kepada Allah SWT tanpa membawa sedikit pun tanah dari bumi, sama seperti yang dilakukan oleh Malaikat Jibril. Kemudian Allah SWT mengutus Malaikat Izrail. Malaikat ini tidak seperti dua Malaikat lainya. 

Karena tidak memperdulikan tangisan bumi, agar tidak mengambil tanah darinya.
Malaikat Izrail langsung memukul bumi dengan pedangnya dan bumi pun bergerak ketakutan.Lantas Malaikat Izrail mencabutnya segenggam tanah meski bumi sudah bersumpah atas nama Allah, namun Malaikat Izrail tetap mengambil tanah seraya berkata :
“ Aku takut menyalahi (melanggar) perintah Allah SWT, aku sama sekali tak akan melanggar perintah Tuhan-Ku, walau dengan segala perendahan dirimu “. Ketika Malaikat Izrail mengambil paksa             (mencabut)  sebagian dari bumi, bumi pun menangis merasa kehilangan tanahnya.

Kemudian Allah SWT berfirman kepada bumi bahwa,apa yang sudah diambilnya dari bumi sebenarnya akan dikembalikan ke bumi. “ Sesungguhnya kelak akan Aku kembalikan kepadamu apa yang Aku ambil darimu itu”. ( QS Thaha : 55 )
Allah SWT berfirman; “ Dari bumi ( tanah )  itulah Kami menjadikan kamu  dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain “. 

Kemudian Malaikat Izrail membawa tanah itu menghadap kepada Allah SWT lalu terciptalah Nabi Adam AS.
Ketakutan bumi terhadap manusia yang membuat kerusakan sudah terbukti adanya. Bahkan tidak hanya kerusakan bumi dari segi fisik namun kerusakan dari manusia itu sendiri secara lahir dan batin.
Inilah yang di khawatirkan bumi saat menjadi tempat tinggal bagi manusia.

Meski demikian Allah SWT dengan segala ketetapan dan rahasia-Nya, tentu tidak menciptakan manusia sebagai  pemimpin atas semua makhluk tanpa adanya alasan. Di akhir kisah kehidupan nanti mungkin kita akan mengetahui apa sebenarnya skenario Allah SWT untuk kita semua.

Karena kehidupan di dunia hanyaaah sementara, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS Al-Angkabut : 64 
“ Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya “.
Dalam beberapa hadist shahih dijelaskan bahwa, bumi yang kita tempati sudah semakin tua, oleh sebab itu marilah kita memperbanyak berbuat baik dan tinggalkan sedikit demi sedikit segala perbuatan maksiat yang bisa mendatangkan dosa. Apabila kita  lupa atau tanpa sengaja mengerjakan maksiat, Allah SWT selalu membuka jalan melalui pintu taubat dengan memperbanyak membaca ISTGHFAR, supaya ingat Kembali kepada Allah dan sebagai jalan untuk menghapus dosa.

Semoga Allah SWT meridhoi kita untuk menempatkan salah satu syurga yang telah Allah ciptakan bagi manusia yang Ber-Iman, berTaqwa dan beramal shalih. Amin Ya Robbal ‘alamin. 

Aktualdetik.com

Alieff Irfan

Muhammad Aliff Irfan Aziki (lahir 25 September 1997) atau lebih dikenali sebagai Alieff Irfan merupakan seorang YouTuber dan Penciptaan kandungan paling berpengaruh di Malaysia

Oktober 27, 2024

Oktober 26, 2024

Ingatlah masa yang berlalu tidak akan berpatah balik.

Alkisah sebuah hidangan isteri.

Mak saya suka memasak tapi mak bukan seorang suri rumah, mak seorang engineer. Ada satu malam, mak balik sangat kepenatan tapi masih perlu memasak untuk saya dan abah.

Mak hanya mampu masak ayam kunyit, sayur kailan ikan masin dan nasi. 3 hidangan itu diletakkan di meja makan di mana ayah duduk goyang kaki menunggu makan.

Ayah meminta diri untuk solat Maghrib dulu sebelum makan. Ketika itu saya mencuba hidangan mak. Alamak, ayam kuncit terlalu masin, kailan separuh masak dan nasi hanyit.

Namun saya diam.

Selepas Isyak, ayah menjamu makanan masakan mak. Sambil makan, ayah bertanya bagaimana sekolah hari ini.

Saya tidak berapa ingat apa jawapan saya.
Ketika makan, mak mohon maaf pada ayah atas masakannya. Tapi ayah menjawab, “Sangat sedap sayang. Abang suka semua hidangan ini.”

Malam itu, sebelum tidur, saya pergi bersalam dengan ayah yang masih di ruang tamu dan bertanya betul ke ayah suka masakan mak tadi yang saya sendiri terasa susah nak telan.

“Anakku, mak dah penat sepanjang hari kerja. Mak dah penat. Hidangan kurang enak tak melukakan Mie dan ayah tapi kata-kata kasar akan menghiris perasaan,” kata ayah.

Mendengar kata-kata ayah, saya tersentak.

Lalu saya masuk bilik untuk bersalam dengan mak dan bertanya…

“Mak rasa ayah tadi kata suka masakan mak hari ini, mak percaya ke?”

“Anakku. Itu tak penting. Yang penting ayah jaga hati mak dan selepas makan, ayah tolong mak cuci pinggan. Ayah kamu itu orang besar, tapi benda-benda kecil sebegini yang buat mak sentiasa rasa bahagia kerana terasa ayah betul-betul sayang kat mak,” jawab mak.

Itulah perkara yang berlaku ketika kecil dan saya mengingati sehingga hari ini.

Kini saya sudah berkahwin, anak sudah tiga – dan melihat kembali kenangan manis ayah dan emak, saya semakin memahami fikiran mereka pada masa itu.

Mak dan ayah dan tindak-tanduk mereka menunjukkan mereka menerima segala kelemahan antara satu-sama lain dan meraikan perbezaan tersebut supaya hubungan erat dan kukuh sentiasa berkekalan. Mereka meraikan segalanya antara mereka, dan berusaha bersama untuk memastikan pasangan mereka sentiasa gembira dan bahagia.

Wahai anakku,
Hidup ini terlalu singkat untuk sebarang kekesalan. Jangan hidup dalam kekesalan. Hargailah segala yang dilakukan oleh orang-orang kesayangan kita, walaupun kadangkala kita tidak beberapa menyukainya. Mereka lakukan dengan kasih sayang, maka balaslah niat itu juga dengan kasih sayang dan kesyukuran bahawa ada yang masih sanggup melayan kita dengan baik. 

Ingatlah masa yang berlalu tidak akan berpatah balik.




YT Ai Safwan Kena hack